Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2013

Dilla Berbeda dengan Aku, Ayah dan Semua Orang

Disabilitas? Cacat? Dilla, dalam kacamataku dia sangat hebat. Dilla adalah temanku. Salah satu kenangan masa kecil yang takkan kulupa. Dilla seorang tunagrahita. Dilla seorang penyandang cacat mental. Dulu, hampir setiap hari aku bertemu dengannya karena rumahku dekat dengan Sekolah Luar Biasa. Kebetulan Dilla sekolah disana dan ayahku menjabat sebagai pengajar di sekolah itu. Aku tahu Dilla punya kekurangan. Walaupun begitu, Dilla selalu mengerti apa yang ku katakan. Dilla tidak bodoh. “Ris, sini!” aku mengintip dari balik jendela. Salah satu murid ayahku memanggil seseorang, maksudnya adalah aku. Dengan langkah gugup aku keluar rumah menghampiri murid ayahku, Dilla. Dilla sedang menunggu neneknya yang sudah menjadi kebiasaan menjemputnya. Hari itu pukul 14.00, seorang nenek perkasa belum tampak juga.  Aku tersenyum tipis padanya dan dengan susah payah ia tersenyum juga. Aku melihat perjuangannya untuk sekadar menyunggingkan bibir tipisnya. Aku terpaku pada satu sisi diujung bi...