Postingan

1st of July

Aku masih sama, dalam keadaan yang tidak banyak berubah. Aku masih mencari dengan segala macam ketidakpastian yang dipaksakan. Aku tahu semuanya tidak akan berakhir sebelum diakhiri. Aku sedang berada pada fase mempertanyakan diriku sendiri. Aku bahkan tidak tahu apa mauku sampai saat ini. Aku hanya mengikuti arus air yang mengalir perlahan dan tenang. Ya, aku masih berusaha untuk keluar dari semua ini, tapi rasanya masih sulit. Bukan hanya dari diriku sendiri, tapi orang-orang disekitarku menginginkan hal lain. Aku bukan pemberontak yang baik. Aku tidak pandai membuat gerakan yang baik. Aku tidak pandai membuat suara yang lebih enak didengar. Cerita yang sama, dengan tokoh utama yang sama. Aku. Aku akan terus mencari sampai aku tergantikan oleh tokoh utama yang lain. Bisakah drama ini kumainkan dengan apik? Mungkinkah drama ini berakhir bahagia? Hm, semua itu tidak akan terjawab sampai aku selesai dengan pencarian. Aku akan memainkan peranku sebagaimana dunia memandangku, sebagaima

Selamat Malam

Tidak henti-hentinya ia mengucapkan selamat malam, untuk kesekian malam. Malam ini waktu sudah menunjukkan pukul 11.40 hampir tengah malam. Rasanya tidak ada yang berbeda dari kemarin, masih sama, ia mengucapkan dua kata itu. Pertanda hari ini berakhir setelah ucapan selamat malam darinya. Bukan suatu hal buruk, karena aku menyukai kalimat penutup itu, bukan sebagai penutup tapi penyambung esok hari. Sisa-sisa lelah hari ini masih terasa sampai kepalaku, seolah memelintir otot lalu meregangnya kembali. Aku hanya berbaring menatap langit-langit kamar, satu rutinitas malamku yang tidak bisa kutinggalkan. Mengingat hal apa saja yang sudah kulakukan hari ini, bukan hal yang bagus karena semuanya tidak berjalan sebagaimana rencana yang sudah kususun rapi. Tidak hancur, hanya tidak sesuai rencana dan acak. Kepalaku semakin terasa sakit, entah sakitnya dibagian mana tapi pikiranku ikut terpelintir. Mencoba memejamkan mata, namun sakit itu semakin kentara rasanya. Aku membuka mataku dengan

Memungkinkan Ketidakmungkinan?

Cinta, kadang membuatku takut tapi juga sekaligus bahagia, gelisah tapi juga merasa aman. Cinta, berarti percaya pada hati atau antar hati. Aku tidak yakin apa yang kukatakan baru saja mengenai cinta. Aku sendiripun sekarang masih berada di level keraguan tingkat menengah semenjak beberapa waktu lalu. Tapi di sisi lain, keyakinanku turut bertambah pula. Entah itu keyakinan bagian mana, tapi keraguanku tetap pada level yang sama. Begini, keraguan itu berada pada posisi dimana hati yang memiliki peran, sedangkan keyakinanku berada pada pikiran yang menguatkan. Keduanya bertolak belakang, belum sinkron kalau kata orang. Terlanjur sudah aku jatuh hati. Sudah beberapa kali jatuh, tapi akhirnya aku terjatuh lagi. Tidak sakit, hanya khawatir akan sakit nantinya. Memang pada hakikatnya, jatuh itu membuat sakit dan terkadang menyisakan bekas luka. Sakit seperti apa lagi yang akan ku hadapi nanti? Haha. Aku menginginkan bentuk sakit yang berbeda, sakit yang masih sanggup kuatasi, sakit

Catatan kecil isi hati

Masih saja sulit berbicara dengan orang-orang apa yang terjadi selama aku hidup. Ternyata memang hidupku biasa-biasa saja, tidak ada yang menarik untuk dijadikan cerita seru. Saat ini aku tidak melakukan apa-apa dan takut untuk melanjutkan. Kepercayaan diri yang susah payah kuciptakan akhirnya sekarang hilang begitu saja. Bukan karena aku tidak mau mempertahankan, tapi aku ingin menyendiri dengan duniaku sendiri. Entah pikiran dari mana lagi yang merasuki celah-celah kosong itu. Aku ingin sendiri, menyendiri dengan duniaku sendiri. Aku ingin berkarya dengan caraku. Bukankah di dunia ini kita dibebaskan untuk memilih dan bertindak sesuai yang kita inginkan? Aku tahu dunia ini memiliki aturan main yang rumit. Ketika kau masuk dalam suatu lingkaran api, sulit untuk bisa kembali menarik diri keluar. Harusnya aku mempertanggungjawabkan pilihanku, bukannya pergi begitu saja setelah tidak mampu. Ya, rasanya memang aku sudah tak mampu. Tak enak hati pun, tapi mengapa masih sulit untukku. Bag

Apa ini ya haha

Bicara soal hati, siapa yang tahu kemarin hari ini atau besok hati seseorang bisa berubah secepat kilat atau butuh waktu lama untuk meyakinkan. Aku merasa tak pantas membicarakan ini. Tidak ada ujungnya dan pangkalnya tidak tau darimana. Semua serba mudah untuk mempermainkan atau dipermainkan. Semua orang bebas menyimpan rasa, mengungkapkan rasa, atau hanya memimpikan harapan. Aku lupa bagaimana awalnya, tapi itu hanya permainan diri di dalam panggung super megah dunia. Aku tak tahu ini bentuk pengakuan atau apa. Sebenarnya aku masih merasa lelah dengan waktu itu. Aku masih belum bisa menghilangkan rasa bersalah terhadap diriku sendiri. Apakah hanya aku yang pernah merasakan ini? Jauh diluar batas kehidupan, dekat dengan fakta di depan mata. Kata-katapun sulit mengungkapkan setiap huruf penyusunnya. Pengejaan yang membuat kisruh dari awal sampai akhir kalimat. Sudah sia-sia. Aku masih ketakutan, di dalam ruanganku sendiri aku masih takut. Kebisuan yang membangun diantaranya masih m

...

Rasanya tidak enak. Sepet. Hahaha.... Tidak tahu harusnya bagaimana, suasana hati sedang tidak bisa dikontrol. Sedih, kecewa, marah, takut, susah saja rasanya. Aku melanjutkan hidup begini-begini saja. Bosan. Seperti tidak butuh orang-orang disekitarku. Aku baru saja tersadar, aku sama sekali belum melakukan apa-apa untuk hidupku. Semua masih hambar dan biasa-biasa saja. Apakah perkataan orang lain bisa menjadi parameter kita untuk melanjutkan hidup dan berkehidupan? Bukannya diri kita sendiri yang menentukan? Hari ini aku sedikit menyesal tidak melakukan sesuatu dan bersikap bodoh.:( Sudahlah, waktu yang tau. Tidak akan ada yang sia-sia. Sang burung masih terjebak dalam sangkarnya. Ia bisa saja keluar, namun merasa enggan. Sangkarnyalah yang selama ini melindunginya dari pemangsa kejam di luar sana. Ia takut menghadapi hidup bebasnya. Satu yang ia yakini bahwa hidupnya akan berakhir di dalam sangkar, tanpa meninggalkan apapun hanya bangkai yang terkubur di dalam tanah. Namun s

Rindu dan Senja

     Tidak ada yang lebih kurindukan selain panggung itu. Panggung dengan segala bentuk pohon, kursi, meja, tanah, atau bangunan kertas.. Tidak cukup bagiku panggung-panggung sandiwara ini. Terlalu menyakitkan untuk dihadapi dan dirasakan. Seperti halnya manusia yang selalu merasa tidak puas, aku hanya lelah dengan kenyataan. Tapi aku tetap bersyukur dengan kehidupanku, karena diatas kehidupan aku bisa membuat kehidupan didalam imajinasiku.       Imajinasi.      Aku sadar kau hanya imajinasiku. Kau yang kusebut Senja. Ya, itu yang cocok untukmu. Bagiku Senja selalu menyenangkan. Bagaimanapun mendung, hujan, petir, panas membayangimu, kau tetap Senja yang menyenangkan dalam imajinasiku. Itu imajinasi pendek, hanya berkisah Senja dengan keindahan kecilnya dalam beberapa waktu saja.       Ini tidak nyata. Berkali-kali aku meyakinkan diriku, tapi kau tetap Senja di imajinasi liarku. Berkali-kali aku berontak tentangmu, tapi Senja tetap menyenangkan. Berkali-kali akal sehatku berkata