Memungkinkan Ketidakmungkinan?

Cinta, kadang membuatku takut tapi juga sekaligus bahagia, gelisah tapi juga merasa aman. Cinta, berarti percaya pada hati atau antar hati. Aku tidak yakin apa yang kukatakan baru saja mengenai cinta. Aku sendiripun sekarang masih berada di level keraguan tingkat menengah semenjak beberapa waktu lalu. Tapi di sisi lain, keyakinanku turut bertambah pula. Entah itu keyakinan bagian mana, tapi keraguanku tetap pada level yang sama. Begini, keraguan itu berada pada posisi dimana hati yang memiliki peran, sedangkan keyakinanku berada pada pikiran yang menguatkan. Keduanya bertolak belakang, belum sinkron kalau kata orang.
Terlanjur sudah aku jatuh hati. Sudah beberapa kali jatuh, tapi akhirnya aku terjatuh lagi. Tidak sakit, hanya khawatir akan sakit nantinya. Memang pada hakikatnya, jatuh itu membuat sakit dan terkadang menyisakan bekas luka. Sakit seperti apa lagi yang akan ku hadapi nanti? Haha. Aku menginginkan bentuk sakit yang berbeda, sakit yang masih sanggup kuatasi, sakit yang tidak hanya aku saja yang merasakannya, tapi dia juga. Aku benar-benar jatuh, bolehkah aku berkata demikian?
Bukan lagi tanpa alasan, untuk yang kesekian kalinya hujan mengantarkan perasaanku padanya. Hujan malam ini membawa semilir dingin menyudutkanku pada rasa rindu. Iya, perlu kutegaskan lagi malam ini hujan. Rindu meruntuhkan keraguan dan keyakinanku, hanya sekadar ingin melihatnya tanpa memikirkan hal-hal diluar rasa rindu. Aku terbuai lagi setelah beberapa lama. Kenyataan ini yang belum pernah kutemui, perasaan ini yang belum pernah kurasakan. Memungkinkan ketidakmungkinan, apa memang hanya akan menjadi harapan? Atau memang ini nyata? Persiapkan diri dari sekarang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Satu dan Utuh

Apa ini ya haha

Dilla Berbeda dengan Aku, Ayah dan Semua Orang