Selamat Malam

Tidak henti-hentinya ia mengucapkan selamat malam, untuk kesekian malam. Malam ini waktu sudah menunjukkan pukul 11.40 hampir tengah malam. Rasanya tidak ada yang berbeda dari kemarin, masih sama, ia mengucapkan dua kata itu. Pertanda hari ini berakhir setelah ucapan selamat malam darinya. Bukan suatu hal buruk, karena aku menyukai kalimat penutup itu, bukan sebagai penutup tapi penyambung esok hari.

Sisa-sisa lelah hari ini masih terasa sampai kepalaku, seolah memelintir otot lalu meregangnya kembali. Aku hanya berbaring menatap langit-langit kamar, satu rutinitas malamku yang tidak bisa kutinggalkan. Mengingat hal apa saja yang sudah kulakukan hari ini, bukan hal yang bagus karena semuanya tidak berjalan sebagaimana rencana yang sudah kususun rapi. Tidak hancur, hanya tidak sesuai rencana dan acak. Kepalaku semakin terasa sakit, entah sakitnya dibagian mana tapi pikiranku ikut terpelintir.

Mencoba memejamkan mata, namun sakit itu semakin kentara rasanya. Aku membuka mataku dengan cepat dan mencoba memikirkan hal selain hariku yang cukup acak. Ahh, semua pikiran lain itu terpusat padanya lagi. Ia, si pengucap Selamat Malamku. Aku masih saja tidak percaya pada keadaan yang membawaku sampai padanya. Semua berjalan begitu saja menapaki bumi alas tanah, dingin, seperti sikapnya yang kadang tidak bersahabat padaku, lembab, seperti ragu-ragu dengan bentuk kepastian, dan kasar, seperti semua hal bertindak terlalu apa adanya.

Sejenak aku lupa dengan hariku yang acak dan rasa sakit pelintiran itu. Sudah tepat tengah malam sekarang. Jadi, begitukah? Hanya dengan memikirkan si Selamat Malam, kepalaku terasa lebih ringan. Ya, aku memang menyukai hal sesederhana itu. Selamat Malam, semoga besok tidak ada pengulangan dari hari ini. Hah, akhirnya kuberanikan diri untuk memejamkan mata. Sekali lagi, Selamat Malam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Satu dan Utuh

Apa ini ya haha

Dilla Berbeda dengan Aku, Ayah dan Semua Orang